adu domba adu otot

ADU OTOT & ADU DOMBA

ADU OTOT & ADU DOMBA

Survival of the fittest, bermakna : keberhasilan karena keunggulan.. Seseorang atau sekelompok etnis akan selalu menginginkan keberhasilan dan keunggulan , demikian halnya juga binatang bahkan tumbuh-tumbuhan kalau ingin tetap hidup harus mampu mengalahkan saingannya. Siklus kehidupan khususnya binatang layaknya mata rantai. Pohon beringin pada awalnya menumpang hidup pada pohon kelapa, berbeda dengan manusia, potensi akal ditambah kemampuannya menimbulkan karakteristik hidup yang berbeda.

Adu Otot

Adu otot merupakan gambaran di mana orang mempergunakan kekuatan (power), dengan mengabaikan kapasitas akal dan kejernihan hati. Orang selalu lupa bahwa kekuasaan adalah tanda (sindrome) kebuasan, kekuatan, kebrutalan bahkan kanibalisme. Sejarah masa lalu memberikan gambaran bahwa memenangkan persaingan melalui kekuatan akan melahirkan pembunuhan, pembantaian dan dendam. kepentingan sempit atau sentimen dapat mencuatkan konflik-konflik, harus kita pahami tidak ada masalah yang dapat diselesaikan hanya dengan kekuatan atau kekuasaan. konflik Israel, Palestina yang sulit diselesaikan. Jelasnya jalan kekerasan akan meminta korban jiwa atau harta benda yang teramat besar.

Otot sebagai bagian tubuh manusia merupakan penggerak aktifitas badaniah. Bila gerakannya didorong niat kebaikan akan menjadi kebaikan, bila sebaliknya muncul keburukan. Kekuatan atau kekuasaan merupakan atribut kehidupan,dimiliki seseorang atau kelompok sosial tetapi tetap memiliki tanggung jawab. Sebagai hamba Tuhan hidup kita, perbuatan (baik) ibadah, termasuk mati adalah karena Tuhan penguasa kehidupan.

Barometer penggunaan otot harus dibingkai dalam etika dan norma agama. Bila dibingkai kepentingan pribadi atau etnis akan timbul bibit malapetaka. Jika tidak dibingkai oleh etika, norma dan agama Orang ini mengalami penipisan /degradasi penalaran kemanusiaan. Contohnya keserakahan Fir’aun, Ku-Bilai-Khan dan Hitler, mengajari kita untuk mawas diri. Mereka terperangkap kebrutalan hati dan kesombongan dengan melupakan kepekaan sosial, artinya sebagai makhluk sosial mereka ingin menang sendiri dan menganggap orang lain merupakan pelengkap kepuasannya.

Dalam keseharian orang yang tidak siap bermasyarakat selalu menyatakan dirinya yang paling bertanggung jawab. Padahal dalam sistem sosial kolaborasikan kepentingan pribadi dalam kepentingan kebersamaan. Dalam hal pribadi, memang tanggung jawab tetap sendiri, tapi dalam sistem (organisasi) tanggung jawab adalah milik bersama (kendati kewenangannya berbeda). Merasa bertanggung jawab sendiri berarti menyatakan orang lain tidak mampu.

Padahal ia tidak akan disebut pemimpin, bila tidak ada yang dipimpin. Penyakit ini selalu menghinggapi para pendiri kelembagaan, baik sosial maupun dunia bisnis. Ia sering lupa bahwa masa depan bukan miliknya, justru milik penggantinya. Dibutuhkan kesiapan (mental) untuk menerima perubahan, *orang bijak mengatakan manusia hanya mungkin mengubah masa depannya tetapi tidak bisa mengubah masa lalu. Ini berarti masa lalu hanya boleh menjadi pelajaran, sedangkan masa depan merupakan hasil kegiatan masa kini. Ibarat orang menanam (misalnya : dari biji / stek, okulasi dan cangkok), maka hasilnya sangat tergantung pada jenis bibitnya. Menanam kebaikan menghasilkan kebaikan, sedang menanam kesalahan / prasangka akan menuai kehancuran.

Sebaiknya berhenti kita mencurigai orang lain, menjauhi iri dan dengki, membuang sifat-sifat negatif lainnya, karena itu racun masa depan. Mari kita biasakan mengembangkan kerja sama atas dasar saling percaya.

Adu Domba

Dalam kaitan budaya adu domba adalah kebiasaan sekaligus hobi masyarakat tertentu. Sebagaimana karapan sapi di Madura atau adu banteng di Spanyol merupakan hiburan sekaligus arena persaingan kedikjayaan. Bagi sipengadu kemenangan aduannya merupakan kebanggaan, hanya sayangnya bagi yang diadu (domba atau banteng) merupakan penderitaan. Si pengadu memainkan naluri kebinatangan yang bila ditinjau dari kemanusiaan adalah zalim. Semestinya binatang itu harus dipelihara dengan baik, jangan kita mencari kegembiraan melalui penderitaan orang lain kendati binatang. Dalam agama dianjurkan memberi makan bagi binatang yang akan disembelih. Gunakan pisau yang tajam hingga proses pemotongan tidak menyakitkan (menyiksa). Karena itu kendati aneh jaga selalu prikebinatangan kita.

Dalam praktek kehidupan prilaku adu domba adalah penyakit jiwa akibat kekerdilan hati. Kadangkala orang yang berprilaku menyimpang ini senang melihat penderitaan orang lain,. Ikuti 9 jangan : jangan suka membicarakan keburukan orang lain, jangan membebankan salahmu kepada orang lain, jangan congkak, dan anggap enteng, jangan mencampur adukan urusan dunia dengan akhirat, jangan takabur, jangan menebar bibit kecurigaan, jangan sok pintar (kendati kita pandai) dan jangan suka mencaci maki orang lain.

Dari falsafah di atas seorang (pemimpin) yang gemar mengadu domba adalah sebuah penyelewengan. Ia mencari ketenaran atau kemenangan dengan memposisikan orang lain pada kutub yang berlawanan. Ia sengaja menciptakan bahkan menebar kebencian yang pasti menimbulkan perseteruan. Sifat seperti itu adalah biang kemunafikan dan keburukan sekaligus kekurangan diri. Kemenangan yang dicapainya bukan melalui proses kompetisi yang sehat dan wajar, namun melalui kecurangan untuk mencapai tujuan. Ia melupakan kata hatinya, membentuk kepalsuan serta menebarkan persekongkolan jahat (konspirasi).

Kemenangan seperti ini layaknya bumerang yang akan membunuh dirinya sendiri. Karena kendati kebenaran dapat dikalahkan namun tidak dapat disalahkan. Mengadu domba adalah sebuah kesalahan bila dilakukan oleh seorang pemimpin dan akan melahirkan keputusan-keputusan yang tidak disinergi, artinya : nilai keputusannya tidak efektif serta berdampak memunculkan kontradiksi bahkan pelemahan di masa datang. Dampak keputusan menjadi buruk bila keputusan diambil atas dasar pertimbangan yang tidak matamg, emosional ataupun prasangka.

Kesimpulan : Adu otot merupakan pengertian usaha untuk memenangkan kompetisi hanya berdasarkan kekuasaan atau kekuatan. Di lingkungan binatang memang merupakan hukum alam, karena mereka tidak memiliki kepekaan sosial ataupun kemampuan mengelola akal. Beda dengan manusia, sebagai makhluk sosial di samping hamba Tuhan harusnya mempertimbangkan berbagai alternatif keinginannya sesuai dengan etika dan moralitas kemanusian. Maksimalisasi pemanfaatan akal seharusnya difikirkan untuk membunuh keburukan dan bukan menebar keburukan atau kebencian. Hindari pemanfaatan kekuasaan melalui praktek adu domba karena membinatangkan kemanusiaan. Kekuatan akan langgeng bila didasari niat yang benar dan disertai kepercayaan bahkan kejujuran.

Adu domba adalah salah satu bentuk sikap kebohongan dan tidak percaya diri.Orang yang berambisi besar, tapi kurang memiliki kemampuan sangat mudah menjadi pengabdi adu domba. Yang perlu disadari sebagai hamba Tuhan, semua kita harus mau menerima keberadaan diri apa adanya, takdir sebagai hasil usaha harus diterima dengan ikhlas. Yang penting jadi orang yang menyenangkan dan jangan menjadi orang penting yang ingin selalu disenangkan. Kejahatan hidup yang paling fatal adalah berkhianat terhadap keluhuran pertimbangan hati dan hobi menipu diri sendiri.
#Semoga Bermanfaat#

Tag: , ,
Previous Post
Disain Cover Esembilan Foto Dokumentasi (1)
Artikel News

Kerjasama SMK Negeri 9 Medan dan Dunia Usaha: Peluang Internasional untuk Siswa Teknologi Informasi

Next Post
senam-sehat
Berita News

Senam Sehat Tingkatkan Kebugaran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *