Salah Memahami
Kemampuan nalar dan pengetahuan kita amat terbatas. Meskipun ia seorang Profesor namun pasti juga mempunyai kekurangan. Sebab itu, bila lalai menyadari,Salah dalam memahami dapat melahirkan kekeliruan bahkan keributan. Ingat!! niat dan usaha yang baik terhadap orang lain terkadang belum tentu direspon dengan baik. Sehingga wajar bila ada yang menilainya secara negatif. Berkunjung pada bos/teman dengan membawa oleh-oleh bisa salah,tak bawa lebih salah semua tergantung dari sudut pandang juga niatnya. Semua itu mungkin saja terjadi. Sebab menanam padi bukan hanya padi yang tumbuh tetapi juga gulma (ilalang).
Secara refleks, orang baik melihat polisi datang pasti senang, namun bagi perompak merupakan ancaman. Tapi kalau seorang baik-baik memandang remeh pada perompak adalah kekeliruan. Sedang dirinya memiliki profesi beda, yang satu ingin menjadi baik sedangkan si perompak maunya untung sendiri (walaupun orang lain menderita). Tetapi, bagi anak istrinya mungkin pekerjaan si perompak dinilai baik.
Demikian misalnya, ada tokoh politik yang datang menyambangi orang susah dinilai lawannya sebagai suap sosial (money politics), padahal si tokoh benar-benar terpanggil untuk membantu. Itu contoh aksi kehidupan yang selalu beda bila sudut penilaiannya didasari kepentingan tertentu dan bukan karena kesadaran. Semua yang baikpun dinilai salah, sayangnya si pencuriga tidak mau berbuat apa-apa atau menolong orang lain. Kasihan kan ?!.
Agar tenang, jangan sekali-kali kita bercuriga apalagi tanpa bukti. Baru ada isu atau kata-kata yang disampaikan langsung percaya! soal benar tidaknya tidak mau tahu. Tanpa berfikir panjang ia mengadu kesana-kesini menyampaikan keluh kesahnya, ia mungkin kecewa sebab orang kurang menghormatinya. Memang dalam kehidupan orang selalu terjebak pada alur fikir birokrasi yang penuh prosedur. Yang mudah bisa menjadi sulit tapi yang sulitpun kadang-kadang dimudah-mudahkan. Tergantung apakah kita arif dalam menyikapinya. Untuk menilai hal seperti ini jangan terlalu cepat; tanya hati bila memang tulus membantu tentu benar tetapi kalau sebab-sebab lain (uang) jelas salah sekali.
Untuk mencegah salah memahami, dalam mengatasi suatu masalah jangan cepat-cepat meresponnya namun timbang dengan arif dan bijak, tidak terburu-buru atau cepat memutuskan. Jawaban ya belum tentu bagus akan tetapi jawaban tidak juga belum tentu tidak baik. Minta pertimbangan teman-teman yang lain sebelum memutuskan satu hal yang pelik. Dengan menimbang bersama lebih cerdas ketimbang memutuskannya secara sendiri (apalagi buru-buru !).
Kata orang bijak dalam mengatasi kekurangan perlu 3 kemampuan yang prima, yaitu : paham perobahan, memiliki prinsip dan menguasai pilihan. Hal yang pertama tentang perubahan yang merupakan sunatullah hidup. Semua di dunia ini terus berjalan (berubah) . Tidak ada yang abadi di dunia ini dan yang pasti hanya ada dua yaitu perobahan dan kematian. Adanya perubahan mendorong kita untuk selalu berfikir, berusaha dan menyiapkan diri untuk menjalani arus hidup yang terus berubah. Sementara, prinsip adalah sikap atau keyakinan yang selalu dipegang dalam menyikapi perubahan!.
Orang yang tidak memiliki prinsip (pendirian) adalah orang yang lemah sekaligus plin plan. Teguh pendirian adalah salah satu dari ciri-ciri manusia potensial yaitu berusaha dalam jalur yang benar, berprinsip (istiqomah), pandai, terpercaya dan suka membuka diri.
Salah memahami selalu menjangkiti seorang yang terkena penyakit phobia!. Takut pada kritik atau tidak senang pada beda pendapat. Maunya semua orang di sekitarnya memiliki paham yang sama dengannya. Bila berbeda ia merasa/langsung tidak senang lalu memusuhi siapa yang mengkritiknya!. Padahal kritikan adalah nasihat tanpa dibayar dan sahabat yang perlu dipelihara. Mengapa? Sebab si pengkritik berjasa memberi tahu kelemahan kita.
Penulis : M. Sofa Ananda, S.Pd, M.Pd